Mengenai Saya

Foto saya
everything has beauty,,but not everyone sees it...

Rabu, 21 Maret 2012

Next, next....

Ketika kita berbicara tentang abnormal, maka secara tidak langsung kita juga sedang membicarakan tes apa yang tepat untuk digunakan dalam pengukuran yang dapat menunjukan abnormalitas tersebut. Karena jika kita mengabaikannya, lantas darimana kita bisa mengetahui seseorang dikatakan abnormal jika kita bahkan tidak tahu standar ukurannya? Oleh karena itu, mempelajari alat ukur menjadi sangat penting dalam bidang psikologi agar tidak keliru dalam memberikan gambaran tentang seseorang.
Setiap manusia yang terlahir ke dunia pasti akan melewati tahapan perkembangan dalam hidupnya di mana dari setiap tahapan perkembangan tersebut, ada tugas-tugas perkembangan yang harus dilalui oleh setiap individu. Begitu pun dengan konflik yang terjadi disetiap tahapan. Oleh karena itu, untuk melakukan pengukuran, alat tes harus memiliki kesesuaian norma dengan setiap tahap perkembangan sehingga dapat menerapkan tools pada alat tes dengan tepat dan sesuai dengan karakter tiap perkembangan manusia. Hal ini bertujuan agar menghasilkan alat ukur yang valid.
Mengukur tidak hanya membandingkan diri sendiri dengan orang lain, melainkan justru membandingkan dengan diri sendiri terlebih dahulu. Dari hasil pengukuran, kita bisa memberi intervensi yang biasanya dijadikan topik keilmuan. Untuk kasus yang bersifat unik, bisa diteliti dengan menggunakan metode kualitatif, sedangkan untuk kasus massal bisa diterapkan metode kuantitatif.
Pada dasarnya, psikologi terbagi menjadi empat sub bagian besar, yaitu psikologi klinis, psikologi pendidikan, psikologi sosial, dan psikologi organisasi yang merupakan pecahan dari psikologi sosial. Psikologi organisasi memisahkan diri dari psikologi sosial karena kepraktisannya dalam aplikasi di masyarakat. Selama 15 sampai 20 tahun terakhir ini, psikologi organisasi mengalami perubahan bentuk yang amat besar (dalam Edgar H. Schein, 1985).
Ada empat hal yang dicari dalam pengukuran di bidang industri, yaitu knowledge, skill, attitude, dan others (personality). Hanya saja, biasanya antara knowledge dan skill dijadikan satu yang kemudian disebut intelegensi. Berikut adalah proporsi bagaiannya:
Ibarat gunung es, knowledge dan skill ditempatkan pada permukaan yang biasa terlihat dan bisa dengan mudah pula diukur. Hal ini dikarenakan bisa jadi ada faktor keilmuan dan pengalaman yang dimiliki individu sehingga ia dapat dengan mudah menunjukan knowledge yang dikuasainya, begitupun halnya dengan keterampilan. Faktor pengalaman bisa menjadikan seseorang dapat menunjukan keterampilannya. Sedangkan personality berada di bagian bawah dan attitude menjadi faktor penting yang menjadi “mask”, bagaimana seorang manusia berinteraksi dengan pekerjaannya.

Membicarakan tentang kepribadian, Gordon W. Allport mendefinisikannya sebagai organisasi dinamis dalam diri individu yang terdiri dari sistem-sistem psiko-fisis yang menentukan cara penyesuaian diri yang unik (khusus) dari individu tersebut terhadap lingkungannya (dalam Sarlito W. Sarwono, 2009). Personality  yang sering dibicarakan ialah ekstrovert dan introvert yang terletak pada garis kontinu.
Ada banyak definisi tentang intelegensi. David Wechsler, pembuat alat ukur IQ, mengemukakan bahwa intelegensi adalah sekumpulan atau keseluruhan kemampuan (capacity) individual untuk bertindak dengan tujuan, berpikir secara rasional, dan berurusan secara efektif dengan lingkungannya. Sedangkan definisi intelegensi menurut versi MSI (Mainstream Science on Intelligence) lebih merujuk kepada faktor “G” daripada intelegensi tersebut. Namun akhirnya, Howard Gardner mempopulerkan adanya kecerdasan majemuk atau Multiple Intelligences.
Personality dan intelegensi tersebut saling berinteraksi untuk dapat menampilkan attitude. Attitude berbicara mengenai sistematika kerja, ketekunan, ketelitian, daya tahan, dan lain-lain yang menunjukan interaksi manusia dengan pekerjaannya.

..hmmmm......what's next y....???.....tunggu kelanjutannya minggu depan aja lah y.....
don't forget to check my blog..
Jeongmal gomapta..^+^

...to be continued...

Referensi :
Sarwono, Sarlito W. 2009. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers
Schein, Edgar H. 1985. Psikologi Organisasi. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo

1 komentar:

  1. keren Putri...excellence work...thanks ya sudah berbagi pengetahuan...oia ditunggu berbagi banyak pengalaman yang dirimu miliki....misal terkait dengan hobby, interest dan lain sebagainya...itu akan menambah keceriaan blog ini...tetap berbagi dan salam SOBAT !

    BalasHapus