Ketika kita berbicara tentang abnormal, maka secara
tidak langsung kita juga sedang membicarakan tes apa yang tepat untuk digunakan
dalam pengukuran yang dapat menunjukan abnormalitas tersebut. Karena jika kita
mengabaikannya, lantas darimana kita bisa mengetahui seseorang dikatakan
abnormal jika kita bahkan tidak tahu standar ukurannya? Oleh karena itu,
mempelajari alat ukur menjadi sangat penting dalam bidang psikologi agar tidak
keliru dalam memberikan gambaran tentang seseorang.
Setiap manusia yang terlahir ke dunia pasti akan
melewati tahapan perkembangan dalam hidupnya di mana dari setiap tahapan
perkembangan tersebut, ada tugas-tugas perkembangan yang harus dilalui oleh
setiap individu. Begitu pun dengan konflik yang terjadi disetiap tahapan. Oleh karena
itu, untuk melakukan pengukuran, alat tes harus memiliki kesesuaian norma
dengan setiap tahap perkembangan sehingga dapat menerapkan tools pada alat tes dengan tepat dan sesuai dengan karakter tiap
perkembangan manusia. Hal ini bertujuan agar menghasilkan alat ukur yang valid.
Mengukur tidak hanya membandingkan diri sendiri
dengan orang lain, melainkan justru membandingkan dengan diri sendiri terlebih
dahulu. Dari hasil pengukuran, kita bisa memberi intervensi yang biasanya
dijadikan topik keilmuan. Untuk kasus yang bersifat unik, bisa diteliti dengan
menggunakan metode kualitatif, sedangkan untuk kasus massal bisa diterapkan
metode kuantitatif.
Pada dasarnya, psikologi terbagi menjadi empat sub bagian
besar, yaitu psikologi klinis, psikologi pendidikan, psikologi sosial, dan
psikologi organisasi yang merupakan pecahan dari psikologi sosial. Psikologi
organisasi memisahkan diri dari psikologi sosial karena kepraktisannya dalam
aplikasi di masyarakat. Selama 15 sampai 20 tahun terakhir ini, psikologi organisasi
mengalami perubahan bentuk yang amat besar (dalam Edgar H. Schein, 1985).
Ada empat hal yang dicari dalam pengukuran di
bidang industri, yaitu knowledge, skill,
attitude, dan others (personality). Hanya saja, biasanya
antara knowledge dan skill dijadikan satu yang kemudian
disebut intelegensi. Berikut adalah proporsi bagaiannya:
Ibarat
gunung es, knowledge dan skill ditempatkan pada permukaan yang biasa
terlihat dan bisa dengan mudah pula diukur. Hal ini dikarenakan bisa jadi ada
faktor keilmuan dan pengalaman yang dimiliki individu sehingga ia dapat dengan
mudah menunjukan knowledge yang
dikuasainya, begitupun halnya dengan keterampilan. Faktor pengalaman bisa
menjadikan seseorang dapat menunjukan keterampilannya. Sedangkan personality berada di bagian bawah dan attitude menjadi faktor penting yang
menjadi “mask”, bagaimana seorang
manusia berinteraksi dengan pekerjaannya.
Membicarakan tentang kepribadian,
Gordon W. Allport mendefinisikannya sebagai organisasi dinamis dalam diri
individu yang terdiri dari sistem-sistem psiko-fisis yang menentukan cara
penyesuaian diri yang unik (khusus) dari individu tersebut terhadap
lingkungannya (dalam Sarlito W. Sarwono, 2009). Personality yang sering
dibicarakan ialah ekstrovert dan introvert yang terletak pada garis
kontinu.
Ada banyak definisi tentang
intelegensi. David Wechsler, pembuat alat ukur IQ, mengemukakan bahwa
intelegensi adalah sekumpulan atau keseluruhan kemampuan (capacity) individual untuk bertindak dengan tujuan, berpikir secara
rasional, dan berurusan secara efektif dengan lingkungannya. Sedangkan definisi
intelegensi menurut versi MSI (Mainstream Science on Intelligence) lebih merujuk
kepada faktor “G” daripada intelegensi tersebut. Namun akhirnya, Howard Gardner
mempopulerkan adanya kecerdasan majemuk atau Multiple Intelligences.
Personality dan intelegensi tersebut saling berinteraksi untuk
dapat menampilkan attitude. Attitude
berbicara mengenai sistematika kerja, ketekunan, ketelitian, daya tahan, dan
lain-lain yang menunjukan interaksi manusia dengan pekerjaannya.
..hmmmm......what's next y....???.....tunggu kelanjutannya minggu depan aja lah y.....
don't forget to check my blog..
Jeongmal gomapta..^+^
..hmmmm......what's next y....???.....tunggu kelanjutannya minggu depan aja lah y.....
don't forget to check my blog..
Jeongmal gomapta..^+^
...to be continued...
Referensi :
Sarwono, Sarlito W. 2009. Pengantar Psikologi Umum.
Jakarta: Rajawali Pers
Schein, Edgar H. 1985. Psikologi Organisasi. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo
keren Putri...excellence work...thanks ya sudah berbagi pengetahuan...oia ditunggu berbagi banyak pengalaman yang dirimu miliki....misal terkait dengan hobby, interest dan lain sebagainya...itu akan menambah keceriaan blog ini...tetap berbagi dan salam SOBAT !
BalasHapus